12 Okt 2011

ribet = lebih banyak berguna untuk orang lain

tahu ngga...selama ini itu aku sukaa bingung. kalau lagi ribet sama urusan organisasi kampus mana belum belajar. pengin banget rasanya pergi ke pedesaan yang sunyi, hanya ada kesejukan, kesegaran, dan kedamaian serta bertaburan keramah tamahan warganya. setelah itu aku akan berpikiran kalau nanti aku sudah bekerja, pasti akan ribet banget. terus aku stres dan cuma berkutat dengan tugas, buku, kertas, bolpen dan deadline. sungguh menyebalkan.

akhirnya aku akan berpikiran, mungkin lebih baik aku tinggal di desa, jadi ibu rumah tangga, tidak perlu mikir yang ribet ribet hanya berpikir untuk keluarga dan makan besok hari. sepertinya akan lebih menenangkan dan menyenangkan. penuh dengan kehangatan di setiap sudut rumah.

tapi hari ini aku baru berpikir. aku ingat kata kata ini" kalau hidup tidak untuk membantu orang lain, lantas mau ngapain?"

nah dari situ tuh, aku inget pikiran pikiranku kemarint entang di kota dan di desa. memang di desa aku akan mendapatkan kebahagiaan. ya tapi, itu hanya untuk aku dan keluargaku. tapi yang bisa aku lakukan untuk orang lain? yang bisa aku lakukan untuk mengabdi pada bangsa ini? NOTHING. sedangkan kalau aku tinggal di kota, yang mungkin memang aku akan lebih ribet, lebih pusing, waktu untuk keluarga tidak sebanyak di desa, tapi dengan di kota aku bisa berbuat lebih banyak untuk orang lain, untuk bangsaku, dan tentunya dengan tetap meluangkan waktu untuk keluargaku.

dan kemudian aku teringat pesan pak joko wi(walikota solo) pengabdian tidak boleh diboncengin dengan suatu kepentinganpun. hanya ikhlas yang boleh ada. kalu itu bisa dilakukan, maka kepuasan dan ketenangan yang kita dapatkan.

itu selalu terngiang2 dalam telingaku. memang setiap perjuangan itu membutuhkan pengorbanan. dan ketika perjuangan itu berhasil, bangsa ini akan menjadi sebuah bangsa besar yang makmur sejahtera. saat masa itu terjadi rakyat akan menyongsongnya dengan penuh suka cita. aku berharap aku berkesempatan untuk melihat itu terjadi. untuk mewujudkannya, aku sudah siap menjadi abdi negara yang mengabdi sepenuh hati tanpa diboncengi suatu kepentingan apapun dan hanya ada ikhlas. semoga Allah selalu membukakan jalan untuk kesejahteraan bangsaku..amin...

9 Okt 2011

Was woman born for her country?

Teman, sudah lama sekali rasanya kita tidak bertemu,,tapi tahukah kau, kalau hingga saat ini kau termasuk salah satu bagian dari ‘lapisan pelindung bumi’ yang sering muncul dalam pikiranku?

Kau tahu kenapa? Selama 3 tahun kita ditempa bersama, kemudian di tahun kedua kita berada di kelas yang sama, banyak memori yang telah terukir. Namun, hingga sekarang , hanya ada satu hal yang selalu kuingat darimu dan selalu mengganjal di pikiranku. Ya, selain menjadi tukang pos mu tentunya. J

Begini, aku sangat ingat betul suatu hari kita pernah satu kelompok dalam membuat tugas bahasa Indonesia. Dan kau mengatakan padaku “ A man was born not for himself but for his country.” Kata katamu itu selalu terngiang di telingaku. saat kau memperdengarkannya kepadaku untuk pertama kalinya itulah yang terekam jelas dalam otakku. Tahun kedua pun berlalu menginjak tahun ketiga. Hingga kemudian kita lulus dan menjadi alumni. Sebagai alumni sudah menginjak tahun kedua, namun kata kata itu tetap terpatri kuat dalam ingatanku. Bahkan sekarang ditambah dengan munculnya pertanyaan, if I am a wowan, was I born for my country? Was woman born for her country?

Kalau jawabanmu bukan, pertanyaanku, bukankah selama 3 tahun kita semuanya tidak melihat itu putra ataupun putri semua berjanji untuk mengabdikan diri kepada bangsa ini? Bukankah jika perempuan tidak dilahirkan untuk negaranya seharusnya sekolah kita tidak menerima perempuan karena di sekolah kita penuh dengan janji janji pengabdian kepada Negara?

Kalau jawabanmu iya, pertanyaanku bagaimana agar kami bisa melakoni peran kami sebagai istri secara sempurna dan sekaligus sebagai pengabdi bangsa seutuhnya dilihat dari sudut pandangmu sebagai seorang laki laki karena banyak laki laki yang beranggapan bahwa wanita hanya untuk suami dan keluarganya?

Andai kita bisa bertatap muka mungkin kita akan bisa berdiskusi panjang lebar, seperti dulu kamu suka cerita panjang lebar kali ya.. J

Kalau menurutku sendiri, aku sangat setuju dan hatiku paling dalam pun akan berkata IYA. Kenapa? Aku sudah sangat mencintai negeri ini. Apapun yang orang lain bilang, walaupun banyak hal negative yang terdengar, aku tidak peduli. Justru saat ini aku menganggap bahwa negaraku sedang sakit dan membutuhkanku untuk ikut membantu menyembuhkannya. Terlebih lagi di saat orang lain bertanya tanya apa yang sudah Negara ini berikan untuknya, aku sudah menerima banyak hal dari Negara ini,justru aku lah yang belum memberikan apapun untuk Negara tercinta ini, sesungguhnya aku sangat malu, kawan… Belum lagi atas sumpah dan janji kita selama 3 tahun belajar. Menurutku janji adalah hutang yang wajib dibayar dan kita tidak bisa memungkiri itu.

Sudah banyak rencana yang terpikir untuk pengabdian kepada negeri ini. Aku hanya bisa berharap kelak setidaknya akan mendapatkan pendamping hidup yang juga mencintai bangsa ini, dan paling tidak mempunyai pandangan kurang lebih seperti pandanganmu untuk bangsa ini, jadi bisa meridhoiku untuk mewujudkan cita citaku mengabdikan diri untuk bangsaku tercinta ini…

Kawan, terimakasih juga kuucapkan kepadamu atas kata kata yang kau jadikan motto hidup itu. Karena dengan adanya kata2mu mengganjal di pikiranku, tanpa kusadari semakin hari semakin bertambahlah cintaku pada negeri ini,,thanks bro… J