15 Apr 2011

koran sebagai penyalur aspirasi pemuda untuk perubahan

Satu pemuda dapat mengubah sebuah negara, berikan saya 10 pemuda – maka saya bersama mereka akan mengubah dunia. Karena pemuda memiliki kreativitas, semangat, dan ketidakpuasan yang tak terkalahkan dan berfungsi sebagai faktor revolusi seluruh dunia,” – Soekarno (Presiden Negara Republik Indonesia Pertama)

Koran. Mungkin kita sudah akrab dengan media cetak yang satu ini. Namun, di dalam pikiran kita pasti kemudian terbersit bahwa media cetak yang satu ini sudah ketinggalan zaman atau kuno. Di tengah aktivitas kita yang sangat banyak setiap harinya tentu membaca koran sebuah hal yang sulit dilakukan karena membutuhkan banyak waktu. Kemudian kita akan lebih memilih televisi yang tidak membutuhkan banyak waktu.

Namun apakah ada yang menyangka bahwa antara koran dan televisi adalah tidak sama? Dengan koran, kita akan lebih banyak berpikir dan mencerna sebuah permasalahan dengan logika kita, karena di sini kita hanya dihadapkan dengan tulisan dan kemudian pikiranlah yang akan mencernanya sehingga pada akhirnya kita lebih objektif dalam menilai berita yang disampaikan. Sedangkan bila kita melihat televisi, pasti kita akan melihat tayangan tayangan yang membuat emosi kita lebih cepat dalam mengambil respon daripada pikiran kita. Akibatnya penilaian kita menjadi subjektif.

Padahal kita sebagai pemuda yang diharapkan dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik perlu memandang suatu permasalahan dengan objektif dan tidak mengedepankan emosi. Di sinilah koran turut andil sebagai suatu instrument bagi para pemuda terutama mahasiswa, para agen perubahan. Tidak hanya sebagai penyalur berita untuk masyarakat luas namun juga menjadi sarana untuk menyalurkan aspirasi, opini, dan pemikiran untuk masa depan yang lebih baik.

Sayangnya karena globalisasi dan kemajuan teknologi, pemuda pemuda yang diharapkan dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik sekarang justru menambah masalah negeri ini dengan meluasnya pergaulan bebas, game dan teknologi yang tidak mendidik yang malah memupuk individualisme, serta hal hal lain yang dilakukan para pemuda yang sama sekali tidak membawa perubahan sedikitpun untuk menjadi lebih baik.

Di sisi lain, antusiasme pemuda terutama mahasiswa dalam menggunakan koran sebagai sarana penyaluran opini, aspirasi, dan pemikiran masih sangat rendah. Hal ini tidak saya pungkiri, bahkan saya pun belum pernah menggunakan koran untuk penyaluran opini tersebut sekalipun.

Menurut saya, ini bukan masalah kemampuan tetapi masalah minat. Adanya teknologi baru yang lebih menarik minat mahasiswa dan era globalisasi telah menggeser koran di mata para mahasiswa. Sedangkan bila di lihat dari segi kemampuan, kemampuan mahasiswa dalam beropini tidak dapat diremehkan.

Di antara pemuda pemuda yang justru memperparah kebobrokan bangsa, masih banyak pemuda terutama dari kalangan mahasiswa yang peduli terhadap keadaan bangsa ini. Mereka membentuk suatu perkumpulan kemudian dengan rutin mendiskusikan permasalahan bangsa yang terjadi. Contohnya saja yang saya ketahui adalah Majelis Remaja Indonesia. Namun memang mereka tidak menggunakan koran sebagai media penyaluran ide melainkan facebook. Bahkan tidak hanya yang berada di dalam negeri.di luar negeri pun, Menurut salah seorang teman saya yang belajar di Erasmus Universiteit Rotterdam, di kota Rotterdam ada sebuah Perhimpunan Pelajar Indonesia yang sebulan sekali melakukan diskusi akademis mengenai masalah masalah yang terutama berkaitan dengan Indonesia dengan nama Indonesian Scholars Gathering.

Opini opini mereka tidak memandang pehimpunan itu di dalam atau di luar negeri intinya adalah sama yaitu untuk kemajuan bangsa. Dan opini opini yang ada adalah sangat luar biasa dan inspiratif untuk tercapainya kemajuan bangsa. Akan tetapi opini mereka belum banyak mengubah keadaan karena hanya kalangan kalangan tertentu saja yang mengetahui aspirasi atau opini mereka yang sangat luar biasa tersebut. Akan berbeda apabila mereka menggunakan koran sebagai sarana penyaluran. Tentunya semua kalangan masyarakat akan mengetahui dan kemudian akan dapat memberikan kontribusi yang lebih besar untuk perubahan yang lebih baik.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa para pemuda khususnya kalangan mahasiswa sebenarnya mampu beropini bahkan dapat dikatakan lebih dari mampu. Karena alasan kemajuan teknologilah, kontribusi mereka dalam beropini dalam koran masih sangat minim. Sebab opini opini mereka yang luar biasa, mereka salurkan melalui media yang lain yang lebih maju. Namun melihat fungsi koran yang dapat dijangkau oleh semua kalangan serta kemampuannya untuk mendorong pembaca lebih objektif dalam menilai suatu peristiwa, menurut saya penyaluran opini mahasiswa melalui koran perlu untuk lebih ditingkatkan agar dapat memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap perubahan yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Seluruhnya dalam tulisan ini adalah opini saya berdasarkan kenyataan yang saya amati selama ini..